Mahasiswa jaman sekarang, tingkahnya suka aneh - aneh.
Q ma plend" yang gila"an
kuliah maen" muu,,
bukan salah kita juga, dosenya males beud ce.....
jadinya kita males juga,,
akhirnye.... kelakuan d lab. FB.an, smsaN,,,,
dan . . . . . ZZZZZZZzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzz
hahahahahahaahaha
tak lupe juge,,
to - poto,,
meluapkan hasrat narsisme...
wkwkwkwwkw
Senin, 14 Mei 2012
BUNGA CINTA UNTUK MANDA
Gerimis
sore itu tak lantas membuat Manda berhenti mengayuh sepedanya, meski telah
lelah seharian menjajakan kue buatan ibunya di antara hiruk pikuk setasiun.
Manda terus saja mengayuh sepeda tuanya sembari sesekali mengelap wajahnya yang
perih akibat guyuran hujan yang semakin deras. Dia hanya berpikir untuk
secepatnya sampai ke rumah, memberikan sedikit uang yang ia dapatkan hari ini kepada
ibunya dan segera kembali berkutat dengan tugas - tugas sekolahnya yang sengaja
ia lupakan sejenak dan berfokus pada pekerjaanya.
Baru saja
sampai di halaman rumah manda langsung saja berteriak memanggil kakaknya.
“kak..., kak
iman...” sambil celingak - clinguk mencari ke dalam rumah. Sosok anak laki –
laki yang berperawakan kurus keluar dari dalam kamar sembari menyimpulkan
senyum polosnya dan tatapan yang hampa, tetap terpaku di depan pintu kamar tak
lantas beranjak mendekat. Manda langsung saja menghapiri kakaknya dan
memberikan bungkusan berisi ice cream kesukaan kakaknya yang sengaja ia beli
untuk kakak yang sangat ia sayangi.
Iman
langsung saja mengambil bungkusan itu, tanpa berkata apapun ia melahap ice
cream kasukaannya itu, seolah tak peduli dengan apapun yang ada di sekitarnya.
Manda hanya tersenyum melihat exspresi kakaknya itu, sambil termenung.
“seandainya saja aku bisa membelikan kak Iman ice cream setiap hari” pikirnya
dalam hati. Memang jarang sekali Manda bisa membelikan Ice cream untuk kakaknya
itu, karena memang uang yang ia dapatkan sehari – hari harus ia tabung untuk
membeli kebutuhan sekolahnya dan melanjutkan ke universitas.
Berat memang
perjuangan yang harus dipikul Manda, sebagai seorang siswi SMA di harus bekerja
keras menghidupi kakak dan ibunya yang harus senantiasa berada di rumah untuk
menjaga kakaknya yang tak mampu membantu apapun karena penyakit downsindrome
yang dideritanya, namun itu semua tak lantas membuat Manda menyerah menghadapi
kehidupan ini. Dia terus bersemangat menjalani semua ini dan mengejar cita –
citanya menjadi seorang psikolog.
Demi
mewujudkan cita – citanya itu Manda harus bekerja sangat keras, selain membantu
ibunya menjajakan kue, apapun ia lakukan mulai menjadi SPG sampai memberikan
les privat di beberapa rumah tetangganya. Banyak tetangga yang simpati dengan
kehidupan yang dijalani Manda, apalagi sikap Manda yang selalu baik dan ramah
kepada siapapun.
“baik
tante nanti sore saya ke rumah tante” ujap Manda saat Tante Mira seorang
tetangganya meminta membimbing privat anaknya.
“baiklah
saya tunggu” ucap Tante Mira, sambil berlalu meninggalkan Manda yang sedang
sibuk bersiap – siap berangkat sekolah.
Karena
sudah telat Manda langsung saja berlari mengambil sepeda kayuhnya dan bergegas
berangkat.
“Assalamualaikum
bu, Manda berangkat” teriaknya sambil berlalu, mempercepat kayuhan sepedahnya
karena sudah hampir telat masuk sekolah.
Tet......tet......
Suara bel tanda pelajaran dimulai, Manda sudah siap dengan buku – buku
pelajarannya ketika Pak Wildan, guru matematika masuk kelas. Anak – anak mulai
hening dan segera mempersiapkam buku mereka.
“Manda tolong
bantu bapak mengumpulkan PR kalian” ucap pak Wildan.
Dengan segera Manda berdiri dan mengumpulkan PR teman – temannya untuk diserahkan ke Pak Wildan. Memang sudah biasa Manda mendapat tugas seperti itu dari guru – gurunya, karena kecerdasan dan sopan santunnya Manda di kenal oleh guru – guru di sekolahnya. Bahkan tidak jarang Manda dimintai toong mengoreksi tugas teman – temanya oleh para guru.
Dengan segera Manda berdiri dan mengumpulkan PR teman – temannya untuk diserahkan ke Pak Wildan. Memang sudah biasa Manda mendapat tugas seperti itu dari guru – gurunya, karena kecerdasan dan sopan santunnya Manda di kenal oleh guru – guru di sekolahnya. Bahkan tidak jarang Manda dimintai toong mengoreksi tugas teman – temanya oleh para guru.
“Tok..Tok..”Suara
pintu diketuk dari luar membuyarakan konsentrasi anak – anak yang sedang
belajar. Hendry menampakkan wajahnya dari balik pintu sambil tersenyum dan
memberi salam pada Pak Wildan, seolah tidak merasa bersalah dengan tenangnya ia
melangkahkan kaki dan duduk di bangkunya.
“mana PRmu
Ndry..?? letakkan di meja” ucap Pak Wildan tidak mengalihkan pekerjaan
menulisnya di papan.
Hendry menaruh buku PRnya di meja guru, namun tak lantas duduk setelahnya. Malah berpose di depan teman – temannya menirukan gaya Pak Wildan. Sontak saja teman – teman satu kelasnya tak kuat menahan tawa.
Hendry menaruh buku PRnya di meja guru, namun tak lantas duduk setelahnya. Malah berpose di depan teman – temannya menirukan gaya Pak Wildan. Sontak saja teman – teman satu kelasnya tak kuat menahan tawa.
“Ada apa
anak – anak?” Pak Wildan berpaling dari papan, menatap anak muridnya sambil
sambil berkaca pinggang.
Anak – Anak
tak lantas berhenti tertawa setelah diperingatkan Pak Wildan, Malah tawa mereka
semakin menjadi melihat gaya marah pak Wildan yang mereka anggap lucu. Memang
Pak Wildan adalah sosok guru yang tak gampang marah, sehingga anak – anak tak
akan bergeming ketika Pak Wildan sedang marah.
Manda segera
mengemasi barang – barangnya dan bergegas keluar ketika pelajaran sekolah telah
usai, ia ingin cepat – cepat pulang dan menggantikan ibunya menjaga kakanya.
Karena hari ini ibunya harus membantu tetangga yang sedang memiliki hajatan
atau orang jawa bilang selametan.
Tapi baru beberapa langkah beranjak, Brukk... Manda terjatuh karena Hendry menyenggolnya, Hendry berdiri di belakangnya sambil mengulurkan tangan dengan senyum tak bersalahnya sambil meminta maaf. Manda tak menghiraukan uluran tangan Hendry dan segera beranjak berdiri.
Tapi baru beberapa langkah beranjak, Brukk... Manda terjatuh karena Hendry menyenggolnya, Hendry berdiri di belakangnya sambil mengulurkan tangan dengan senyum tak bersalahnya sambil meminta maaf. Manda tak menghiraukan uluran tangan Hendry dan segera beranjak berdiri.
“Dasar
manusia jail, gak bisa liat orang tenang dikit aja” sungut Manda sambil
membersihkan roknya yang kotor.
“iya...iya..
maaf, gak sengaja. Niatnya kan Cuma bercanda, gitu aja marah. Nanti manisnya
ilang lo” Goda Hendry sambil memungut buku Manda yang berantakan.
“Dasar
nyebelin..!!!, udah aku lagi buru – buru. Da........” disabetnya buku di tangan
Hendry kemudian berlalu meninggalkan Hendry dan teman – temanya yang akhirnya
juga pergi meninggalkan ruang kelas yang memang sudah sepi.
Hari ini
Manda merasa sangat lelah, karena tadi malam dia bekerja sampai larut menjadi
SPG di suatu acara perayaan di salah satu kampus. Ia merasa malas untuk
melakukan aktifitas apapun hari ini, sehingga ia hanya bersenda gurau dengan
kakak kesayangannya sambil menyalakan musik di Hpnya.
Manda sedang
asik memperhatikan kakaknya yang berjoget diiringi alunan musik ketika tiba –
tiba ada panggilan masuk di Hpnya.
“Halo,
Manda..” suara di balik telephone
menyapa.
“iya, ada apa?” jawab Manda datar mengetahui nama yang muncul dari layar Hpnya.
“ada event lagi nih, mau ikut gak?” ucap Fitri dari seberang telefon.
“kapan? Di mana?” Manda balik bertanya
“Di Politeknik ada acara penutupan lomba basket se-Jember, bayarannya Rp 300.000,00 , kerjanya juga cuma sampi siang nanti” Bujuk Fitri
“beneran? Sebenarnya aku capek banget, tapi demi uang ya sudahlah tidak apa - apa” jawab manda datar.
“iya, ada apa?” jawab Manda datar mengetahui nama yang muncul dari layar Hpnya.
“ada event lagi nih, mau ikut gak?” ucap Fitri dari seberang telefon.
“kapan? Di mana?” Manda balik bertanya
“Di Politeknik ada acara penutupan lomba basket se-Jember, bayarannya Rp 300.000,00 , kerjanya juga cuma sampi siang nanti” Bujuk Fitri
“beneran? Sebenarnya aku capek banget, tapi demi uang ya sudahlah tidak apa - apa” jawab manda datar.
Benar saja
rayuan Fitri berhasil karena dia sudah mengerti Manda akan segera menjawab iya
jika gaji yang diberikan cukup besar. Maklumlah jarang ada kesempatan seperti
ini, apalagi bagi Manda uang Rp 300.000,00 dia harus mengajar les privat selama
hampir satu bulan.
“Baiklah
nanti aku jemput jam delapan ya? Da.....” tut...tut.. Fitri menutup telefonnya
tanpa menunggu jawaban dari Manda.
Suara sorak
sorai penonton di depan panggung seolah membuat Manda melupakan rasa letih yang menyerangnya tadi
pagi. Matanya tidak beralih dari penyanyi yang sedang perform di atas panggung,
mengalunkan lagu Sebelas Januari milik group band gigi dengan merdu.
“Dor..!!” suara Fitri mengagetkan Manda.
“Apaan sih Fit.. gangguin orang lagi nikmatin musik aja” Jawabnya tanpa mengalihkan pandangan dari panggung.
“nikmatin musik apa nikmatin vokalisnya nih..??” Ledek Fitri yang sedari tadi memperhatikan tingkah laku Manda di sampingnya.
“ah... udahlah..” Manda mengalihkan pembicaraan dengan melayani pembeli yang baru saja datang ke stannya.
“Apaan sih Fit.. gangguin orang lagi nikmatin musik aja” Jawabnya tanpa mengalihkan pandangan dari panggung.
“nikmatin musik apa nikmatin vokalisnya nih..??” Ledek Fitri yang sedari tadi memperhatikan tingkah laku Manda di sampingnya.
“ah... udahlah..” Manda mengalihkan pembicaraan dengan melayani pembeli yang baru saja datang ke stannya.
Manda baru
saja selesai dengan pekerjaannya ketika tiba – tiba seorang cowok tinggi putih
dengan rambut cepak mengagetkannya. “mbak ada kartu perdana yang gratis
selamanya gak mbak?” godanya pada Manda yang sedang menjaga stan salah satu
kartu perdana.
“oh.. ada mas, tapi mas harus pacaran sama pemilik konter pulsa, biyar beli pulsanya gratis” Manda membalas gurauannya.
“hehe.. mbak bisa aja, jadi pacarnya mbak aja saya mau” cowok itu melanjutkan gurauannya, membuat Manda salah tingkah.
“pacaran sama temen saya aja tuh mas, lagi jomblo dan cari cowok mahasiswa” ucap manda sambil memandang ke arah Fitri.
“alah... pake ngelak kamu Da, dari tadi juga merhatiin masnya terus, sekarang di ajak pacaran tuh, terima aja” Fitri menggoda.
“oh.. ada mas, tapi mas harus pacaran sama pemilik konter pulsa, biyar beli pulsanya gratis” Manda membalas gurauannya.
“hehe.. mbak bisa aja, jadi pacarnya mbak aja saya mau” cowok itu melanjutkan gurauannya, membuat Manda salah tingkah.
“pacaran sama temen saya aja tuh mas, lagi jomblo dan cari cowok mahasiswa” ucap manda sambil memandang ke arah Fitri.
“alah... pake ngelak kamu Da, dari tadi juga merhatiin masnya terus, sekarang di ajak pacaran tuh, terima aja” Fitri menggoda.
Mereka terus
saja berbincang dan bersenda gurau, sedangkan di antara riuhnya penonton Hendry
sedang memperhatikan Manda dari jauh.
Manda sedang
asik dengan pekerjaanya memasak ketika
ada suara pintu diketuk.
“Masuk aja le, Manda masih masak di dapur, sebentar ibu panggilkan” ibu Manda mempersilahkan masuk sambil beranjak memanggil Manda.
“siapa bu’? ” tanya Manda ketika ibunya masuk ke dapur.
“Doni, sana temui biyar ibu yang lanjutin masaknya”
“Masuk aja le, Manda masih masak di dapur, sebentar ibu panggilkan” ibu Manda mempersilahkan masuk sambil beranjak memanggil Manda.
“siapa bu’? ” tanya Manda ketika ibunya masuk ke dapur.
“Doni, sana temui biyar ibu yang lanjutin masaknya”
Manda keluar
dari dapur ketika Doni sedang mengajak Iman bermain. Memang sejak pertemuannya
di acara penutupan lomba basket Manda dan Doni menjadi teman akrap, apalagi
setelah Manda tahu kalau Doni itu adalah sepupu Fitri sahabatnya. Doni bahkan
tak jarang datang ke rumah Manda untuk sekedar bermain – main dengan Iman kakak
Manda.
“Makasi ya
mas” ucap Manda ketika suatu hari Doni mengantarkanya pergi ke sekolah.
“iya sama – sama, sana masuk kelas udah jam tujuh kurang lima menit lo” Kata Doni sambil terus memperhatikan Manda berjalan memasuki gerbang sekolah.
“iya sama – sama, sana masuk kelas udah jam tujuh kurang lima menit lo” Kata Doni sambil terus memperhatikan Manda berjalan memasuki gerbang sekolah.
Hendry berlalu
tanpa menghiraukan Manda ketika Manda sedang berbincang dengan Ifa teman satu
bangkunya.
“Hendry kenapa sih? Ahir – ahir ini dia kayaknya menghindari aku” tanya manda.
“ya gak tau Da, kan dari semua cewek di kelas yang paling akrap sama dia kamu.”
“iya sih, tapi kalau aku tanya dia pasti gak mau ngaku.” Manda terheran – heran.
“Hendry kenapa sih? Ahir – ahir ini dia kayaknya menghindari aku” tanya manda.
“ya gak tau Da, kan dari semua cewek di kelas yang paling akrap sama dia kamu.”
“iya sih, tapi kalau aku tanya dia pasti gak mau ngaku.” Manda terheran – heran.
Memang
semenjak acara penutupan lomba basket di politeknik sikap Hendry berubah, dia
semakin sering menghindar dan jarang menjaili Manda, padahal sebelumnya sudah
menjadi jajanan sehari – hari bagi Manda merasakan kejailan Hendry. Jelas saja
hal ini membuat manda sedikit kecewa, karena diam – diam Manda menyimpan cinta
untuk Hendry.
Hari ini
adalah hari perpisahan di sekolah Manda, kesempatan terakhir untuk Manda untuk
bisa mengembalikan hubungannya dengan Hendry. Namun sikap Hendry tetap saja
tidak berubah, bahkan semakin cuek.
“Manda....”
sapa seseorang dari luar gerbang sekolah mengagetkan Manda yang sedang
berbincang dengan salah seorang temannya.
“Mas Doni, ngapan di sini mas?” Manda terheran – heran sambil menghampiri.
“mau jemput kamu, mungkin hari ini hari terakhir aku bisa ajak kamu jalan – jalan, besok dan selanjutnya kamu akan sibuk mempersiapkan keberangkatanmu ke Jogja”. Terang Doni.
“Mas Doni, ngapan di sini mas?” Manda terheran – heran sambil menghampiri.
“mau jemput kamu, mungkin hari ini hari terakhir aku bisa ajak kamu jalan – jalan, besok dan selanjutnya kamu akan sibuk mempersiapkan keberangkatanmu ke Jogja”. Terang Doni.
Merekapun
pergi dari sekolah itu, samar – samar manda meihat Hendry memperhatikannya dari
kejauhan.
Hari ini
Manda sangat bahagia, besok akan berangkat ke Jogja, karena dia sudah diterima
di Universitas Gajah Mada di fakultas
psikologi melaui jalur beasiswa, memulai perjuangan baru demi meraih cita –
citanya menjadi seorang psikolog. Di sisi lain dia sangat sedih karena harus
meninggalkan ibu dan kakaknya dalam waktu yang cukup lama, dan sedih ketika
mengingat perasaanya belum tersampaikan.
Manda terus
mencoba menghubungi Hendry, namun nomernya tetap saja tidak aktif. Akhirnya
Manda pergi tanpa ada kata perpisahan yang bisa ia ucapkan untuk Hendry.
Empat tahun
sudah berlalu, Manda sudah menyandang gelar sarjana. Pak pos datang ketika
Manda sedang duduk – duduk mengobrol dengan iman dan Doni yang terus saja
menjadi sahabat setia meski sudah beberapa kali ditolak cintanya karena Doni
juga tahu Manda sanga mencinta hendry teman SMAnya.
“ada surat
untuk anda mbak” Pak pos menghampiri sambil menyerahkan amplop bewarna cokelat.
betapa girang hati manda ketika mengetahui isi amplop tersebut, karena isinya menyatakan dia diterima dalam saringan beasiswa S2 untuk fakultas psikologi di salah satu Universitas ternama di Amerika.
betapa girang hati manda ketika mengetahui isi amplop tersebut, karena isinya menyatakan dia diterima dalam saringan beasiswa S2 untuk fakultas psikologi di salah satu Universitas ternama di Amerika.
“aku mohon
jangan pergi” ucap Doni tiba – tiba, membuat Manda kaget.
“kenapa?” kata Manda heran.
“aku takut aku gak bisa liat kamu untuk yang terakhir kalinya” Doni berbicara sambil tersenyum terpaksa.
“maafkan aku, aku hars pergi meninggalkanmu demi cita – citaku. hehehe” Manda menaggapi Doni dengan bergurau, tanpa tahu bahwa umur Doni tidak akan lama lagi, karena penyakit kanker kelenjar getah bening yang dideritanya.
“kenapa?” kata Manda heran.
“aku takut aku gak bisa liat kamu untuk yang terakhir kalinya” Doni berbicara sambil tersenyum terpaksa.
“maafkan aku, aku hars pergi meninggalkanmu demi cita – citaku. hehehe” Manda menaggapi Doni dengan bergurau, tanpa tahu bahwa umur Doni tidak akan lama lagi, karena penyakit kanker kelenjar getah bening yang dideritanya.
Doni tak
pernah cerita tentang penyakitnya, sampai akhirya dia harus benar – benar
mendapatkanperawatan intensif di Rumah Sakit. Manda juga tak curiga ketika Doni
tidak pernah lagi datang ke rumahnya, barulah setelah Manda tak dapat
menghubungi nomer Doni selama beberapa hari, dia merasa sedikit resa. Hingga
akhirnya dia memutuskan untuk menelefon fitri, sepupu Doni sekaligus sahabat
Manda.
Betapa
kajetnya manda setelah mengetahui bahwa Doni dirawat di Rumah Sakit karena
kangker kelenjar getah bening yang dideritanya. Bersama Fitri manda pergi ke
rumah sakit mengunjungi Doni.
“Mas Doni
kenapa gak bilang sama Manda kalu mas sakit separah ini? Manda merasa menjadi
orang paling jahat, sahabat yang sering menghibur Manda saat Manda sakit, sedih,
dan merasa tak punya tumpuan terbaring sakit, Manda tidak pernah tahu.” Manda
berbicara panjang lebar sambil meneteskan air mata.
“sudahlah Da, jangan nangis lagi, aku gak mau liat kamu nangis makanya aku gak pernah kasih tahu kamu tentang penyakitku. Aku sayang sama kamu Da” Doni berbicara terbata – bata.
“sudahlah Da, jangan nangis lagi, aku gak mau liat kamu nangis makanya aku gak pernah kasih tahu kamu tentang penyakitku. Aku sayang sama kamu Da” Doni berbicara terbata – bata.
Seperti
biasa, semenjak hari itu Manda mengetahui penyakit Doni ia selalu mengunjungi
Doni di Rumaha sakit. Bagetupun dengan hari ini, Manda baru saja sampai di
depan pintu kamar Doni ketika tiba – tiba ia di kagetkan untuk yang kedua
kalinya.
“Hendry....????!!!!!” Manda tercengang masih tak beranjak dari pintu kamar.
“Manda, kenalkan ini adikku Hendry yang aku ceritakan sedang kuliah di STAN dia baru pulang dari Jakarta tadi malam.” Ucap Doni tak mengerti kekagetan Manda melihat Hendry sedang duduk di samping tempat tidur.
“Hendry....????!!!!!” Manda tercengang masih tak beranjak dari pintu kamar.
“Manda, kenalkan ini adikku Hendry yang aku ceritakan sedang kuliah di STAN dia baru pulang dari Jakarta tadi malam.” Ucap Doni tak mengerti kekagetan Manda melihat Hendry sedang duduk di samping tempat tidur.
“kita udah
kenal ko’ mas, dia Manda cewek yang sering aku ceritakan sama mas dulu.” Hendry
tetap saja cuek seperti terakhir kali Manda bertemu dengannya.
Doni kaget
mendengar perkataan adik semata wayangnya itu, suasana kamar itu menjadi begitu
hening dan dingin. Jauh dari dalam hati Doni, ia merasa kecewa dan sedih
mengetahui kenyataan yang ada di hadapannya.
“Aku pulang
dulu mas, mau naruh baju kotor sekaligus aku ambil yang bersih di rumah.” Suara
Hendry memecah keheningan, kemudian beranjak dari tempat duduk tanpa menyapa
Manda yang masih terpaku, terdiam di sudut kamar.
Semakin hari
kondisi Doni semakin memburuk, seolah tidak ada harapan lagi baginya untuk
hidup.Dia semakin kurus dengan kepalanya yang selalu di balut penutup kepala,
menutupi rambutnya yang semakin hari habis karena pngaruh kemotherapi. Hingga
akirnya dia benar – benar harus pergi dari dunia ini.
Semenjak
kematian Doni, Manda dan Hendry kembali akrap seperti dulu, keduanya sudah
saling mengetahui tentang perasaan masing – masing. Karena sebelum meninggal
Doni telah menceritakan semuanya kepada Manda dan Doni. Doni sering bercerita
tentang cewek yang ia cinta yang tidak lain adalah Manda, begitupun sebaliknya
dengan Manda yang sering bercerita pada Doni tentang Hendry, bahkan ketika ia
menangis karena kepergian Hendry, Donilah yang senantiasa menghiburnya. Namun
Doni baru mengetahui Manda yang dicertakan adik kesayangannya adalah Manda yang
sama dengan cewek yang dia cintai.
Hubungan
Manda dengan Hendry memang semakin dekat saat itu, cinta mereka semakin besar.
Namun bukan berarti mereka dapat bersama – sama, karena Manda harus pergi ke
Amerika untuk melanjutkan studi S2.
“Kita baru
saja bertemu setelah bertahun – tahun aku memendam perasaan ini, menyimpanya
dalam hati, membiarkan kakaku mendekati dan mendapatkan cintamu” Ucap Hendry
tetap memegang erat –erat tangan Manda ketika mengantarkan Manda ke Bandara.
“Aku tahu, akupun juga begitu. Aku sakit jika harus pergi meninggalkanmu sejauh ini. Tapi aku harus pergi demi cita – cita yang selama ini aku impikan.” Manda hanya bisa menunduk menahan air matanya yang hampir tumpah.
“Tunggulah aku beberapa tahun lagi, jaga selalu cintamu seperti dulu kau menjaganya”. Dilepaskannya genggaman tanga Hendry sambil berlalu meninggalkan Hendry.
“Aku tahu, akupun juga begitu. Aku sakit jika harus pergi meninggalkanmu sejauh ini. Tapi aku harus pergi demi cita – cita yang selama ini aku impikan.” Manda hanya bisa menunduk menahan air matanya yang hampir tumpah.
“Tunggulah aku beberapa tahun lagi, jaga selalu cintamu seperti dulu kau menjaganya”. Dilepaskannya genggaman tanga Hendry sambil berlalu meninggalkan Hendry.
“Tunggu
Da...” suara Hendry membuat Manda kembali memalingkan wajahnya.
Hendry menghapiri Manda, mendekat, menggenggam tangan Mnada kemudian dia kecup kening gadis yang sanga t ia sayangi itu.
Hendry menghapiri Manda, mendekat, menggenggam tangan Mnada kemudian dia kecup kening gadis yang sanga t ia sayangi itu.
“Aku janji
akan selalu menjaga cinta ini untuk kamu, selamanya.” Hendry berbicara dengan
matanya yang berkaca – kaca.
Keduanya
saling melambaikan tangan dengan air mata yang menetes perlahan, berpisah untuk
waktu yang lama. Pergi menuju cita – ciya yang selama ini dia impikan.
Langganan:
Postingan (Atom)