Blogger Layouts

naruto


Senin, 14 Mei 2012

Mahasiswa jaman sekarang, tingkahnya suka aneh - aneh.
Q ma plend" yang gila"an
kuliah maen" muu,,
bukan salah kita juga, dosenya males beud ce.....
jadinya kita males juga,,
akhirnye.... kelakuan d lab. FB.an, smsaN,,,,
dan . . . . .  ZZZZZZZzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzz
hahahahahahaahaha

tak lupe juge,,
to - poto,,
meluapkan hasrat  narsisme...
wkwkwkwwkw

BUNGA CINTA UNTUK MANDA





            Gerimis sore itu tak lantas membuat Manda berhenti mengayuh sepedanya, meski telah lelah seharian menjajakan kue buatan ibunya di antara hiruk pikuk setasiun. Manda terus saja mengayuh sepeda tuanya sembari sesekali mengelap wajahnya yang perih akibat guyuran hujan yang semakin deras. Dia hanya berpikir untuk secepatnya sampai ke rumah, memberikan sedikit uang yang ia dapatkan hari ini kepada ibunya dan segera kembali berkutat dengan tugas - tugas sekolahnya yang sengaja ia lupakan sejenak dan berfokus pada pekerjaanya.
Baru saja sampai di halaman rumah manda langsung saja berteriak memanggil kakaknya.
“kak..., kak iman...” sambil celingak - clinguk mencari ke dalam rumah. Sosok anak laki – laki yang berperawakan kurus keluar dari dalam kamar sembari menyimpulkan senyum polosnya dan tatapan yang hampa, tetap terpaku di depan pintu kamar tak lantas beranjak mendekat. Manda langsung saja menghapiri kakaknya dan memberikan bungkusan berisi ice cream kesukaan kakaknya yang sengaja ia beli untuk kakak yang sangat ia sayangi.
Iman langsung saja mengambil bungkusan itu, tanpa berkata apapun ia melahap ice cream kasukaannya itu, seolah tak peduli dengan apapun yang ada di sekitarnya. Manda hanya tersenyum melihat exspresi kakaknya itu, sambil termenung. “seandainya saja aku bisa membelikan kak Iman ice cream setiap hari” pikirnya dalam hati. Memang jarang sekali Manda bisa membelikan Ice cream untuk kakaknya itu, karena memang uang yang ia dapatkan sehari – hari harus ia tabung untuk membeli kebutuhan sekolahnya dan melanjutkan ke universitas.
Berat memang perjuangan yang harus dipikul Manda, sebagai seorang siswi SMA di harus bekerja keras menghidupi kakak dan ibunya yang harus senantiasa berada di rumah untuk menjaga kakaknya yang tak mampu membantu apapun karena penyakit downsindrome yang dideritanya, namun itu semua tak lantas membuat Manda menyerah menghadapi kehidupan ini. Dia terus bersemangat menjalani semua ini dan mengejar cita – citanya menjadi seorang psikolog.
            Demi mewujudkan cita – citanya itu Manda harus bekerja sangat keras, selain membantu ibunya menjajakan kue, apapun ia lakukan mulai menjadi SPG sampai memberikan les privat di beberapa rumah tetangganya. Banyak tetangga yang simpati dengan kehidupan yang dijalani Manda, apalagi sikap Manda yang selalu baik dan ramah kepada siapapun.
            “baik tante nanti sore saya ke rumah tante” ujap Manda saat Tante Mira seorang tetangganya meminta membimbing privat anaknya.
            “baiklah saya tunggu” ucap Tante Mira, sambil berlalu meninggalkan Manda yang sedang sibuk bersiap – siap berangkat sekolah.
            Karena sudah telat Manda langsung saja berlari mengambil sepeda kayuhnya dan bergegas berangkat.
            “Assalamualaikum bu, Manda berangkat” teriaknya sambil berlalu, mempercepat kayuhan sepedahnya karena sudah hampir telat masuk sekolah.
            Tet......tet...... Suara bel tanda pelajaran dimulai, Manda sudah siap dengan buku – buku pelajarannya ketika Pak Wildan, guru matematika masuk kelas. Anak – anak mulai hening dan segera mempersiapkam buku mereka.
“Manda tolong bantu bapak mengumpulkan PR kalian” ucap pak Wildan.
Dengan segera Manda berdiri dan mengumpulkan PR teman – temannya untuk diserahkan ke Pak Wildan. Memang sudah biasa Manda mendapat tugas seperti itu dari guru – gurunya, karena kecerdasan dan sopan santunnya Manda di kenal oleh guru – guru di sekolahnya. Bahkan tidak jarang Manda dimintai toong mengoreksi tugas teman – temanya oleh para guru.
“Tok..Tok..”Suara pintu diketuk dari luar membuyarakan konsentrasi anak – anak yang sedang belajar. Hendry menampakkan wajahnya dari balik pintu sambil tersenyum dan memberi salam pada Pak Wildan, seolah tidak merasa bersalah dengan tenangnya ia melangkahkan kaki dan duduk di bangkunya.
“mana PRmu Ndry..?? letakkan di meja” ucap Pak Wildan tidak mengalihkan pekerjaan menulisnya di papan.
Hendry menaruh buku PRnya di meja guru, namun tak lantas duduk setelahnya. Malah berpose di depan teman – temannya menirukan gaya Pak Wildan. Sontak saja teman – teman satu kelasnya tak kuat menahan tawa.
“Ada apa anak – anak?” Pak Wildan berpaling dari papan, menatap anak muridnya sambil sambil berkaca pinggang.
Anak – Anak tak lantas berhenti tertawa setelah diperingatkan Pak Wildan, Malah tawa mereka semakin menjadi melihat gaya marah pak Wildan yang mereka anggap lucu. Memang Pak Wildan adalah sosok guru yang tak gampang marah, sehingga anak – anak tak akan bergeming ketika Pak Wildan sedang marah.
Manda segera mengemasi barang – barangnya dan bergegas keluar ketika pelajaran sekolah telah usai, ia ingin cepat – cepat pulang dan menggantikan ibunya menjaga kakanya. Karena hari ini ibunya harus membantu tetangga yang sedang memiliki hajatan atau orang jawa bilang selametan.
Tapi baru beberapa langkah beranjak, Brukk...  Manda terjatuh karena Hendry menyenggolnya, Hendry berdiri di belakangnya sambil mengulurkan tangan dengan senyum tak bersalahnya sambil meminta maaf. Manda tak menghiraukan uluran tangan Hendry dan segera beranjak berdiri.
“Dasar manusia jail, gak bisa liat orang tenang dikit aja” sungut Manda sambil membersihkan roknya yang kotor.
“iya...iya.. maaf, gak sengaja. Niatnya kan Cuma bercanda, gitu aja marah. Nanti manisnya ilang lo” Goda Hendry sambil memungut buku Manda yang berantakan.
“Dasar nyebelin..!!!, udah aku lagi buru – buru. Da........” disabetnya buku di tangan Hendry kemudian berlalu meninggalkan Hendry dan teman – temanya yang akhirnya juga pergi meninggalkan ruang kelas yang memang sudah sepi.
Hari ini Manda merasa sangat lelah, karena tadi malam dia bekerja sampai larut menjadi SPG di suatu acara perayaan di salah satu kampus. Ia merasa malas untuk melakukan aktifitas apapun hari ini, sehingga ia hanya bersenda gurau dengan kakak kesayangannya sambil menyalakan musik di Hpnya.
Manda sedang asik memperhatikan kakaknya yang berjoget diiringi alunan musik ketika tiba – tiba ada panggilan masuk di Hpnya.
“Halo, Manda..”  suara di balik telephone menyapa.
“iya, ada apa?” jawab Manda datar mengetahui nama yang muncul dari layar Hpnya.
“ada event lagi nih, mau ikut gak?” ucap Fitri dari seberang telefon.
“kapan? Di mana?” Manda balik bertanya
“Di Politeknik ada acara penutupan lomba basket se-Jember, bayarannya Rp 300.000,00 , kerjanya juga cuma sampi siang nanti” Bujuk Fitri
“beneran? Sebenarnya aku capek banget, tapi demi uang ya sudahlah tidak apa - apa” jawab manda datar.
Benar saja rayuan Fitri berhasil karena dia sudah mengerti Manda akan segera menjawab iya jika gaji yang diberikan cukup besar. Maklumlah jarang ada kesempatan seperti ini, apalagi bagi Manda uang Rp 300.000,00 dia harus mengajar les privat selama hampir satu bulan.
“Baiklah nanti aku jemput jam delapan ya? Da.....” tut...tut.. Fitri menutup telefonnya tanpa menunggu jawaban dari Manda.
Suara sorak sorai penonton di depan panggung seolah membuat Manda  melupakan rasa letih yang menyerangnya tadi pagi. Matanya tidak beralih dari penyanyi yang sedang perform di atas panggung, mengalunkan lagu Sebelas Januari milik group band gigi dengan merdu.
“Dor..!!”  suara Fitri mengagetkan Manda.
“Apaan sih Fit.. gangguin orang lagi nikmatin musik aja” Jawabnya tanpa mengalihkan pandangan dari panggung.
“nikmatin musik apa nikmatin vokalisnya nih..??” Ledek Fitri yang sedari tadi memperhatikan tingkah laku Manda di sampingnya.
“ah... udahlah..” Manda mengalihkan pembicaraan dengan melayani pembeli yang baru saja datang ke stannya.
Manda baru saja selesai dengan pekerjaannya ketika tiba – tiba seorang cowok tinggi putih dengan rambut cepak mengagetkannya. “mbak ada kartu perdana yang gratis selamanya gak mbak?” godanya pada Manda yang sedang menjaga stan salah satu kartu perdana.
“oh.. ada mas, tapi mas harus pacaran sama pemilik konter pulsa, biyar beli pulsanya gratis”  Manda membalas gurauannya.
“hehe.. mbak bisa aja, jadi pacarnya mbak aja saya mau” cowok itu melanjutkan gurauannya, membuat Manda salah tingkah.
“pacaran sama temen saya aja tuh mas, lagi jomblo dan cari cowok mahasiswa” ucap manda sambil memandang ke arah Fitri.
“alah... pake ngelak kamu Da, dari tadi juga merhatiin masnya terus, sekarang di ajak pacaran tuh, terima aja” Fitri menggoda.
Mereka terus saja berbincang dan bersenda gurau, sedangkan di antara riuhnya penonton Hendry sedang memperhatikan Manda dari jauh.
Manda sedang  asik dengan pekerjaanya memasak ketika ada suara pintu diketuk.
“Masuk aja le, Manda masih masak di dapur, sebentar ibu panggilkan” ibu Manda mempersilahkan masuk sambil beranjak memanggil Manda.
“siapa bu’? ” tanya Manda ketika ibunya masuk ke dapur.
“Doni, sana temui biyar ibu yang lanjutin masaknya”
Manda keluar dari dapur ketika Doni sedang mengajak Iman bermain. Memang sejak pertemuannya di acara penutupan lomba basket Manda dan Doni menjadi teman akrap, apalagi setelah Manda tahu kalau Doni itu adalah sepupu Fitri sahabatnya. Doni bahkan tak jarang datang ke rumah Manda untuk sekedar bermain – main dengan Iman kakak Manda.
“Makasi ya mas” ucap Manda ketika suatu hari Doni mengantarkanya pergi ke sekolah.
“iya sama – sama, sana masuk kelas udah jam tujuh kurang lima menit lo” Kata Doni sambil terus memperhatikan Manda berjalan memasuki gerbang sekolah.
Hendry berlalu tanpa menghiraukan Manda ketika Manda sedang berbincang dengan Ifa teman satu bangkunya.
“Hendry kenapa sih? Ahir – ahir ini dia kayaknya menghindari aku” tanya manda.
“ya gak tau Da, kan dari semua cewek di kelas yang paling akrap sama dia kamu.”
“iya sih, tapi kalau aku tanya dia pasti gak mau ngaku.” Manda terheran – heran.
Memang semenjak acara penutupan lomba basket di politeknik sikap Hendry berubah, dia semakin sering menghindar dan jarang menjaili Manda, padahal sebelumnya sudah menjadi jajanan sehari – hari bagi Manda merasakan kejailan Hendry. Jelas saja hal ini membuat manda sedikit kecewa, karena diam – diam Manda menyimpan cinta untuk Hendry.
Hari ini adalah hari perpisahan di sekolah Manda, kesempatan terakhir untuk Manda untuk bisa mengembalikan hubungannya dengan Hendry. Namun sikap Hendry tetap saja tidak berubah, bahkan semakin cuek.
“Manda....” sapa seseorang dari luar gerbang sekolah mengagetkan Manda yang sedang berbincang dengan salah seorang temannya.
“Mas Doni, ngapan di sini mas?” Manda terheran – heran sambil menghampiri.
“mau jemput kamu, mungkin hari ini hari terakhir aku bisa ajak kamu jalan – jalan, besok dan selanjutnya kamu akan sibuk mempersiapkan keberangkatanmu ke Jogja”. Terang Doni.
Merekapun pergi dari sekolah itu, samar – samar manda meihat Hendry memperhatikannya dari kejauhan.
Hari ini Manda sangat bahagia, besok akan berangkat ke Jogja, karena dia sudah diterima di Universitas Gajah Mada di  fakultas psikologi melaui jalur beasiswa, memulai perjuangan baru demi meraih cita – citanya menjadi seorang psikolog. Di sisi lain dia sangat sedih karena harus meninggalkan ibu dan kakaknya dalam waktu yang cukup lama, dan sedih ketika mengingat perasaanya belum tersampaikan.
Manda terus mencoba menghubungi Hendry, namun nomernya tetap saja tidak aktif. Akhirnya Manda pergi tanpa ada kata perpisahan yang bisa ia ucapkan untuk Hendry.
Empat tahun sudah berlalu, Manda sudah menyandang gelar sarjana. Pak pos datang ketika Manda sedang duduk – duduk mengobrol dengan iman dan Doni yang terus saja menjadi sahabat setia meski sudah beberapa kali ditolak cintanya karena Doni juga tahu Manda sanga mencinta hendry teman SMAnya.
“ada surat untuk anda mbak” Pak pos menghampiri sambil menyerahkan amplop bewarna cokelat.
betapa girang hati manda ketika mengetahui isi amplop tersebut, karena isinya menyatakan dia diterima dalam saringan beasiswa S2 untuk fakultas psikologi di salah satu Universitas ternama di Amerika.
“aku mohon jangan pergi” ucap Doni tiba – tiba, membuat Manda kaget.
“kenapa?” kata Manda heran.
“aku takut aku gak bisa liat kamu untuk yang terakhir kalinya” Doni berbicara sambil tersenyum terpaksa.
“maafkan aku, aku hars pergi meninggalkanmu demi cita – citaku. hehehe” Manda menaggapi Doni dengan bergurau, tanpa tahu bahwa umur Doni tidak akan lama lagi, karena penyakit kanker kelenjar getah bening yang dideritanya.
Doni tak pernah cerita tentang penyakitnya, sampai akhirya dia harus benar – benar mendapatkanperawatan intensif di Rumah Sakit. Manda juga tak curiga ketika Doni tidak pernah lagi datang ke rumahnya, barulah setelah Manda tak dapat menghubungi nomer Doni selama beberapa hari, dia merasa sedikit resa. Hingga akhirnya dia memutuskan untuk menelefon fitri, sepupu Doni sekaligus sahabat Manda.
Betapa kajetnya manda setelah mengetahui bahwa Doni dirawat di Rumah Sakit karena kangker kelenjar getah bening yang dideritanya. Bersama Fitri manda pergi ke rumah sakit mengunjungi Doni.
“Mas Doni kenapa gak bilang sama Manda kalu mas sakit separah ini? Manda merasa menjadi orang paling jahat, sahabat yang sering menghibur Manda saat Manda sakit, sedih, dan merasa tak punya tumpuan terbaring sakit, Manda tidak pernah tahu.” Manda berbicara panjang lebar sambil meneteskan air mata.
“sudahlah Da, jangan nangis lagi, aku gak mau liat kamu nangis makanya aku gak pernah kasih tahu kamu tentang penyakitku. Aku sayang sama kamu Da” Doni berbicara terbata – bata.
Seperti biasa, semenjak hari itu Manda mengetahui penyakit Doni ia selalu mengunjungi Doni di Rumaha sakit. Bagetupun dengan hari ini, Manda baru saja sampai di depan pintu kamar Doni ketika tiba – tiba ia di kagetkan untuk yang kedua kalinya.
“Hendry....????!!!!!” Manda tercengang masih tak beranjak dari pintu kamar.
“Manda, kenalkan ini adikku Hendry yang aku ceritakan sedang kuliah di STAN dia baru pulang dari Jakarta tadi malam.” Ucap Doni tak mengerti kekagetan Manda melihat Hendry sedang duduk di samping tempat tidur.
“kita udah kenal ko’ mas, dia Manda cewek yang sering aku ceritakan sama mas dulu.” Hendry tetap saja cuek seperti terakhir kali Manda bertemu dengannya.
Doni kaget mendengar perkataan adik semata wayangnya itu, suasana kamar itu menjadi begitu hening dan dingin. Jauh dari dalam hati Doni, ia merasa kecewa dan sedih mengetahui kenyataan yang ada di hadapannya.
“Aku pulang dulu mas, mau naruh baju kotor sekaligus aku ambil yang bersih di rumah.” Suara Hendry memecah keheningan, kemudian beranjak dari tempat duduk tanpa menyapa Manda yang masih terpaku, terdiam di sudut kamar.
Semakin hari kondisi Doni semakin memburuk, seolah tidak ada harapan lagi baginya untuk hidup.Dia semakin kurus dengan kepalanya yang selalu di balut penutup kepala, menutupi rambutnya yang semakin hari habis karena pngaruh kemotherapi. Hingga akirnya dia benar – benar harus pergi dari dunia ini.
Semenjak kematian Doni, Manda dan Hendry kembali akrap seperti dulu, keduanya sudah saling mengetahui tentang perasaan masing – masing. Karena sebelum meninggal Doni telah menceritakan semuanya kepada Manda dan Doni. Doni sering bercerita tentang cewek yang ia cinta yang tidak lain adalah Manda, begitupun sebaliknya dengan Manda yang sering bercerita pada Doni tentang Hendry, bahkan ketika ia menangis karena kepergian Hendry, Donilah yang senantiasa menghiburnya. Namun Doni baru mengetahui Manda yang dicertakan adik kesayangannya adalah Manda yang sama dengan cewek yang dia cintai.
Hubungan Manda dengan Hendry memang semakin dekat saat itu, cinta mereka semakin besar. Namun bukan berarti mereka dapat bersama – sama, karena Manda harus pergi ke Amerika untuk melanjutkan studi S2.
“Kita baru saja bertemu setelah bertahun – tahun aku memendam perasaan ini, menyimpanya dalam hati, membiarkan kakaku mendekati dan mendapatkan cintamu” Ucap Hendry tetap memegang erat –erat tangan Manda ketika mengantarkan Manda ke Bandara.
“Aku tahu, akupun juga begitu. Aku sakit jika harus pergi meninggalkanmu sejauh ini. Tapi aku harus pergi demi  cita – cita yang selama ini aku impikan.” Manda hanya bisa menunduk menahan air matanya yang hampir tumpah.
“Tunggulah aku beberapa tahun lagi, jaga selalu cintamu seperti dulu kau menjaganya”. Dilepaskannya genggaman tanga Hendry sambil berlalu meninggalkan Hendry.
“Tunggu Da...” suara Hendry membuat Manda kembali memalingkan wajahnya.
Hendry menghapiri Manda, mendekat, menggenggam tangan Mnada kemudian dia kecup kening gadis yang sanga t ia sayangi itu.
“Aku janji akan selalu menjaga cinta ini untuk kamu, selamanya.” Hendry berbicara dengan matanya yang berkaca – kaca.
Keduanya saling melambaikan tangan dengan air mata yang menetes perlahan, berpisah untuk waktu yang lama. Pergi menuju cita – ciya yang selama ini dia impikan.